Rabu, 15 Januari 2014

Media Pembelajaran


1.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata Media berasal dari bahasaLatin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Menurut Gerlach & Ely  dalam Azhar Arsyad (1996), mengatakan bahwa media pendidikan  adalah manusia, materi ,atau kejadian yang membangun kondisi siswa sehingga mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Gagne’ dan Briggs dalam Azhar Arsyad (1996), secara implicit mengatakan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain pihak, National Education Asssociation memberikan definisi media sebagai bentuk- bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, sehingga media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca.
Menurut Heinich dalam Azhar Arsyad (1996), apabila suatu media membawa pesan pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud- maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Senada dengan pendapat Hamidijojo dalam Azhar Arsyad (1996), memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan untuk menyampaikan gagasan, ide dan pendapat sehingaa sampai kepada penerima yang dituju.

2.      Ciri- Ciri Media Pendidikan
Gerlach & Elly mengemukakan tiga cirri media pendidikan, yaitu:
a)      Ciri Fiksiatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media untuk merekam, melestarikan dan menyimpan suatu kejadian atau objek. Suatu peristiwa dapat disusun kebali dengan media video, kaset,kamera, dll. Dengan ciri ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian yang terjadi pada satu waktu tertentu dapat ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b)      Ciri Manipulatif
Transforrmasi suatu kejadian/objek dimungkinkan karena media memiliki cirri manipulative. Melalui media, materi pelajaran yang perlu disampaikan berhari- hari sekarang  dapat disampaikan kurang dari sepuluh menit dnegan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, proses metamorphosis kupu-kupdapat dipercepat melalui teknik rekaman fotografi tersebut.
c)      Ciri Distributif
Ciri distributivdari media memungkinkan suatu objek/ kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu.



3.      Fungsi Media Pembelajaran
Levied an Lentz dalam Azhar Arsyad (1996),mengemukakan empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual, yaitu:
a)      Fungsi Atensi
Mengarahkan siswa untuk berkonsenterasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan.
b)      Fungsi Afektif
Media Visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
c)      Fungsi Kompensatoris
Media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca sehingga dapat mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali
Sedangkan menurut Kemp& Dayton dalam Azhar Arsyad (1996), media pembelajaran dapat memnuhi tiga fungsi utama, yaitu: memotivasi minat atau tindakan, menyajikan tindakan, dan memberi instruksi.
4.      Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran memberikan  manfaat yang besar untuk siswa dalam menangkap materi pelajaran dan mengingatnya, berikut beberapa manfaat media:
1)      Media pembelajaran dapat memperjelas penyampaian informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan hasil belajar
2)      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar
3)      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu
4)      Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa- peristiwa yang terjadi di lingkungan mereka
5.      Jenis- Jenis Media Pembelajaran
Berdasarkan jenisnya, media Pembelajaran dapat dibagi dikelompokkan ke dalam tiga bagian besar, yaitu
1)      Media Visual, yaitu media pembelajaran yang hanya dapat dilihat. Contohnya, lukisan dua dimensi, poster, pantonim, kaligrafi,dll.
2)      Media Audio, yaitu media pembelajran yang hanya dapat didengar. Contohnya, radio, telepon, tape recorder, dll.
3)      Media AudioVisual, yaitu media pembelajaran yang dapat didengar sekaligus dilihat. Contohnya, televisi, proyektor, LCD, komputer, teater, dll.
 Daftar pustaka.
Arsyad.Azhar. 1996. “Media Pembelajaran”. Jakarta:Pustaka Cahaya



Minggu, 01 Desember 2013

Faktor-faktor perekembangan anak dalam belajar



Faktor- Faktor yang Memepengaruhi Perkembangan Anak dalam Belajar
Oleh: Arsita Novitasari
FKIP/PGSD/UMSIDA
Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan, keduanya memang memiliki hubungan yang erat. Pertumbuhan dan perkembangan pada hakikatnya adalah perubahan menuju ke tahap- tahap yang lebih baik lagi. Pertumbuhan lebih bersifat perubahan dalam hal jasmaniah atau fisik, yaitu  menunjukan perubahan dan penambahan secara kuantitas atau dapat diukur. Contohnya penambahan tinggi badan dan berat badan seseorang. Sedangkan perkembangan lebih condong dengan aspek- aspek psikis atau rohaniah, berkenaan dengan kualitas yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi. (Syaodih dalam Syaiful Sagala). Pada dasarnya dilihat dari aspek psikologis penyelenggaraan pendidikan khususnya mengenai pembelajaran, para ahli mengemukakan empat pandangan yang dapat digunakan untuk  mengkaji faktor- faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar, yaitu:

1.      Pandangan Nativisme
Kata “Native” memilikiarti yaitu pembawaan atau terlahir. Pembawaan adalah sebuah doktrin yang berpengaruh besar terhadap aliran psikologis. Pandangan ini dianut oleh Arthur Schopenhouer (1788-1880), seorang filsuf asli Jerman. Beliau berpendapat bahwa setiap bayi itu lahir dengan  memiliki sifat-sifat dasar tertentu yang disebut sifat pembawaan yang baik dan pembawaan yang buruk. Setiap anak memiliki sifat bawaannya sendiri, sifat- sifat itu tidak bisa dirubah dengan pengalaman lingkungan ataupun pendidikan.
Jika ada ilmu pendidikan yang menganut faham ini, dapat dikatakan sebagai pedagogik yang pesimistis. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalu anak memiliki pembawaan jahat, maka ia akan menjadi jahat begitupun sebaliknya. Pembawaan baik atau buruk ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pandangan nativisme memiliki paham yaitu manusia ditentukan oleh pembawaanya, sedangkan pendidikan dan lingkungan itu tidak berpengaruh apa- apa.

2.      Pandangan Naturalisme
Nature yang berarti alam atau kodrat. Pandangan ini dipelopori oleh J.J Rouseau (1712-1778). J.J Rouseau berpendapat bahwa setiap anak lahir dengan sifat dasar atau pembawaan yang baik dan tidak ada seorang pun yang lahir dengan pembawaan buruk. Namun  pembawaan baik itu akan rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan atau kebudayaan masyarakat.
Pandangan ini tidak menganggap penting pendidikan karena menurut Rouseau pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam, yang paling baik itu kembali ke alam (back to nature) dan menjauhkan anak- anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat, sehingga kebaikan anak- anak yang diperoleh secara alamiah sejak lahir dapt terlihat secara spontan dan bebas.

3.      Pandangan Empirisme
Paham empirisme atau pengalaman dipelopori oleh seorang filsuf asal Inggris bernama John Locke (1632- 1704). Paham empirisme bertentangan dengan paham nativisme dan berpendapat bahwa anak sejak kecil itu bersih belum memilki sifat- sifat pembawaan apapun. John Locke mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan toeri “Tabula Rasa” dimana beliau berpendapat bahwa seorang anak yang beru lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih, maka diatas kertas putih itu orang dapat membuat coretan menurut kehendaknya. Oleh karena itu, anak memperoleh pengalaman- pengalaman empirik dari lingkungan, dan pengalaman empirk inilah yang berpengaruh besar dan menentukan perkembangan anak.
Dalam hal ini para penganut pandangan empiris menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungannya, sedangakan pembawaannya tidak penting karena pada saat lahir anak masih bersih. Pengalaman anak diperoleh  dari interaksi anak dengan lingkungan disekitarnya yang berupa stimulan- stimulan dari alam bebas maupun diciptakan oleh orang dewasa dalam program pendidikan. Jadi, jika terdapat ilmu pendidikan yang mendasarkan pada paham ini dapat dikatakan sebagai pedagogik optimistis karena menekankan arti pengaruh lingkungan dalam perkembangan anak.

4.      Pandangan Konvergensi
Tokoh pandangan konvergensi atau interaksionisme adalah Louis Wiliam Stren (1871-1939), seorang ahli pendidikan, filosof dan psikolog berkebangsaan Jerman. Teori ini disebut konvergensi karena berpendapat bahwa perkembangan bukan hanya dilihat dari satu faktor, melainkan perpaduan dari hereditas (pembawaan) dan lingkungan. Wiliam berpandangan bahwa sejak lahir anak telah memiliki pembawaan baik maupun buruk. Dalam proses perkembangannya pembawaan itu tidak akan berkembang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu, begitu pula sebaliknya.
Teori konvergensi ini membuka kesempatan yang luas bagi terlaksananya pendidikan sebagai pertolongan belajar kepada siswa. Alasannya potensi intelektual yang dimiliki oleh anak dapat ditumbuhkembangkan dalam proses belajar, meskipun dilain pihak pembawaan si anak akan membatasi perkembangan itu.
Aliran konvergensi pada umumnya dapat diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Aliran ini telah menyebabkan munculnya berbagai teori belajar seperti,
1)      Model belajar behavioral, yang terdiri dari belajar tuntas, belajar kontrol diri sendiri, simulasi, dan belajar asertif
2)      Model pemrosesan informasi yang terdiri dari model mengajar inkuiri, presentase kerangka dasar “advance organizer”, dan model pengembangan berpikir


Daftar Pustaka:
Sagala,syaiful.2010.“Konsep dan Makna Pembelajaran”.Bandung: Alfabeta
Asrori,muhammad.2008. “Psikologi Pembelajaran”. Bandung: CV.Wacana Prima





Sabtu, 16 November 2013

pendidikan


Pendidikan?? 
     Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses pembentukan dan perubahan dua sisi yang paling mendasar dalam individu, yaitu sisi daya pikir atau intelektual dan juga sisi daya emosi atau perasaan kerah yang lebih baik. Perubahan itu dimaksudkan agar setiap individu dapat hidup mandiri  dan dapat berperan sebagai anggota masyarakat yang baik dimanapun dia berada.Berikut  adalah beberapa konsep pendidikan menurut para pakar pendidikan:
1         Menurut John Dewey (dalam Syaiful Sagala 2001:6), pendidikan adalah proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik  menyangkut daya pikir, daya emosional yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya
2.         Menurut  UUSPN No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual , keagamaan, pengendalian diri, kepribadian serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat
3.        Menurut Muhibinsya (dalam Trianto 2007: 8), pendidikan adalah sebuh proses dengan metode- metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhannya
4        Menurut McLeod (1989), pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan
             Menurut Mudyahardjo (dalam Agus Suprijono.2009:10), pendidikan ialah segala pengalaman belajar  yang berlangsung dalam segala lingkungan  dan sepanjang hidup.
S Berikut beberapa fungsi pendidikan:
  1.           Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan       ketertinggalan. Diasumsikan bahwa orang yang memiliki pendidikan akan terhindar dari kebodohan karena   dengan modal ilmu pengetahuan yang dimilikinya maka ia mampu mengatasi problema kehidupan
          2.  Fungsi pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan, karena kemampuan dan keterampilan tentu       
               mengikuti tingkat pendidikannya. Jadi orang yang berpendidikan akan terhindar dari kebodohan dan 
               kemiskinan
3.   Fungsi pendidikan ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Seberapa penting pendidikan itu?
Berdasarkan firman Allah S.W.T, orang yang berpendidikan akan dinaikan derajatnya beberap tingkat. Dari sisi agama, jelas pendidikan itu sangat penting. Bahkan Allah pun akan menaikan beberapa derajat orang yang selalu berusahan untuk menuntut ilmu.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, pendidikan adalah landasan kesejahteraan hidup sesorang, karena dengan bakat dan keterampilan yang dia miliki tentu saja dia bisa mendapatkan uang dan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan. Tentunya pendidikan yang dia miliki harus diseimbangkan dengan akhlak mulia dan sikap rendah hati, karena percuma saja bertitel professor namun pada
akhirnya malah korupsi.
Jadi, pendidikan itu memang sangat penting tetapi akhlaqul karimah juga penting. Alangkah indahnya, jika sesorang yang memiliki daya intelektual yang tinggi juga memiliki akhlaqul karimah. Sunggauh nikmat Allah sangat indah bagi orang-orang yang mau mengamalkan ilmunya dan bermanfaat bagi sesama


Daftar Pustaka
  1. Trianto.2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka
  2. Suprijono,Agus. 2009. Cooperative Leraning: Teori dan aplikasi PAIKEM.Yogyakarta:           Pustaka Pelajar
  3. Sagala,Syaiful.2010.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta



By. Arsita Novitasari (118620600171)
      PGSD/FKIP
      Universitas Muhammadiyah Sidoarjo